Sistem Gerak
1.
RANGKA
Rangka manusia berfungsi sebagai berikut
:
a.
Menjaga bentuk tubuh
b.
Tempat pelekatan
otot-otot
c.
Penyokong berat badan
serat daya tahan untuk menghadapi tekanan
d.
Proteksi
e.
Hemopoesis (sumsum
tulang tempat pembentukan sel-sel darah)
f.
Imunologis (sumsum
tulang tempat pembentukan sel-sel imunitas atau sel limfosit)
g.
Penyimpanan kalsium
Susunan rangka manusia dikelompokan
menjadi :
1) Rangka Aksial
a.
Tulang tengkorak
b.
Tulang belakang
c.
Tulang dada (sternum)
Tulang dada (sternum)
d.
Tulang rusuk
Tulang rusuk
2) Rangka Apendikuler
a)
Tulang anggota gerak
atas
b) Tulang anggota gerak bawah
Macam-macam bentuk tulang :
1)
Tulang pipa (tulang
panjang)
Memiliki bagian-bagian seperti diafisis
(bagian tengah tulang yang berongga berisi sumsum tulang), epifisis (bagian
ujung tulang tersusun dari tulang rawan) dan metafisis (tersusun atas tulang
rawan). Ditemukan pada tulang anggota gerak, seperti tulang paha, tulang betis,
tulang hasta dll.
2)
Tulang pendek
Terdapat pada ruas tulang belakang,
tulang pada pergelangan tangan dan kaki serta tulang telapak tangan dan kaki
3)
Tulang pipih
Terdapat pada tulang belikat, tulang
rusuk, tulang tengkorak, tulang dada dan tulang pinggul
OSIFIKASI
(Proses Pembentukan Tulang)
Osifikasi
atau yang disebut dengan proses pembentukan tulang telah bermula sejak umur
embrio 6-7 minggu dan berlangsung sampai dewasa. Osifikasi dimulai dari sel-sel
mesenkim memasuki daerah osifikasi, bila daerah tersebut banyak mengandung
pembuluh darah akan membentuk osteoblas, bila tidak mengandung pembuluh darah
akan membentuk kondroblas.
ü Pembentukan
tulang rawan terjadi segera setelah terbentuk tulang rawan (kartilago)
ü Mula-mula
pembuluh darah menembus perichondrium di bagian tengah batang tulang rawan,
merangsang sel-sel perichondrium berubah menjadi osteoblas
ü Osteoblas
ini akan membentuk suatu lapisan tulang kompakta, perichondrium berubah menjadi
periosteum
ü Bersamaan
dengan proses ini pada bagian dalam tulang rawan di daerah diafisis yang
disebut juga pusat osifikasi primer, sel-sel tulang rawan membesar kemudian
pecah sehingga terjadi kenaikan pH (menjadi basa) akibatnya zat kapur
didepositkan, dengan demikian terganggulah nutrisi semua sel-sel tulang rawan
dan menyebabkan kematian pada sel-sel tulang rawan ini
ü Kemudian
akan terjadi degenerasi (kemunduran bentuk dan fungsi) dan pelarutan dari
zat-zat interseluler (termasuk zat kapur) bersamaan dengan masuknya pembuluh
darah ke daerah ini, sehingga terbentuklah rongga untuk sumsum tulang.
ü Pada
tahap selanjutnya pembuluh darah akan memasuki daerah epiphise sehingga terjadi
pusat osifikasi sekunder, terbentuklah tulang spongiosa
ü Dengan
demikian masih tersisa tulang rawan dikedua ujung epifise yang berperan penting
dalam pergerakan sendi dan satu tulang rawan di antara epifise dan diafise yang
disebut dengan cakram epifise.
ü Selama
pertumbuhan, sel-sel tulang rawan pada cakram epifise terus menerus membelah
kemudian hancur dan tulang rawan diganti dengan tulang di daerah diafise,
dengan demikian tebal cakram epifise tetap sedangkan tulang akan tumbuh
memanjang
ü Pada
pertumbuhan diameter (lebar) tulang, tulang di daerah rongga sumsum dihancurkan
oleh osteoklas sehingga rongga sumsum membesar, dan pada saat yang bersamaan
osteoblas di periosteum membentuk lapisan-lapisan tulang baru di daerah
permukaan
SENDI
Merupakan hubungan
antar tulang sehingga tulang mampu digerakkan. Hubungan antara dua tulang atau
lebih disebut persendian atau artikulasi. Komponen penunjang sendi :
1) Ligamen :
jaringan ikat berfungsi mengikat bagian luar ujung tulang yang membentuk
persendian dan mencegah berubahnya posisi tulang
2)
Kapsul sendi : lapisan
serabut berfungsi melapisi sendi dan menghubungkan dua tulang yang
membentuk
persendian
3)
Cairan synovial :
cairan pelumas pada ujung tulang yang terdapat pada kapsul sendi
4)
Tulang rawan hialin :
tulang rawan yang menutupi kedua ujung tulang yang membentuk
persendian
Tipe
Persendian (Artikulasi)
1) Sinartrosis (sendi
mati)
Hubungan antar tulang yang direkatkan
oleh jaringan ikat, kemudian mengalami penulangan sehingga tidak dapat
digerakan.
a.
Sinkondrosis : antara
tulang dihubungkan melalui tulang rawan sehingga memungkinkan sedikit gerak
akibat elastisitas tulang rawan.
Contoh : hubungan tulang rusuk dengan
tulang dada, hubungan ruas-ruas tulang belakang.
b.
Sinfibrosis : kedua
ujung tulang dihubungkan dengan jaringan ikat fibrosis yang pada akhirnya
mengalami penulangan dan tidak memungkinkan adanya gerak.
Contoh : hubungan antar tulang-tulang
tengkorak
2) Diartrosis (sendi
gerak)
Hubungan antar
kedua ujung tulang yang memungkinkan tulang lebih bebas bergerak. Meliputi :
a.
Sendi Engsel
Pada sendi ini kedua ujung tulang
berbentuk engsel dan berporos satu. Gerakannya hanya satu arah seperti gerak
engsel pintu. Terdapat pada hubungan antara : ruas-ruas jari, siku, lutut
b.
Sendi Putar
Sendi ini, ujung tulang yang satu dapat
mengitari ujung tulang yang lain. Bentuk seperti ini memungkinkan gerakan
rotasi dengan satu poros. Terdapat pada hubungan antara :
ü tulang
hasta dengan pengumpil
ü tulang
kepala dengan tulang atlas
ü hubungan
antara tulang betis dan kering
c.
Sendi Pelana
Kedua ujung tulang membentuk sendi
seperti pelana dan berporos dua, yang memungkinkan
gerakan kedua arah. Terdapat pada hubungan antara :
gerakan kedua arah. Terdapat pada hubungan antara :
ü persendian
pada ibu jari, metakarpal dan karpal
ü pergelangan
kaki dengan telapak kaki
ü pergelangan
tangan dengan telapak tangan
d.
Sendi Peluru
Sendi ini kedua ujung tulang berbentuk
lekuk dan bongkol. Bentuk ini memungkinkan gerakan bebas ke segala arah dan
berporos tiga. terdapat pada hubungan antara :
ü tulang
lengan dengan gelang bahu
ü tulang
paha dengan gelang panggul
e.
Sendi luncur / Geser
Sendi ini kedua ujung tulang agak rata
sehingga menimbulkan gerakan menggeser dan tidak berporos. Terdapat pada
hubungan antara :
ü antar
tulang-tulang pergelangan kaki
ü antar
tulang-tulang pergelangan tangan
ü antar
tulang selangka dan tulang belikat
f.
Sendi kondiloid /
ellipsoid
Sendi ini memungkinkan gerakan berporos
dua dengan gerakan ke kiri dan ke kanan, ke depan dan ke belakang. Ujung tulang
yang satu berbentuk oval dan masuk ke dalam suatu lekuk berbentuk elips.
terdapat pada hubungan : antara tulang pengumpil dan tulang pergelangan tangan.
Kelainan-Kelainan
Pada Tulang
KELAINAN
|
KETERANGAN
|
Lordosis
|
Bentuk tulang
belakang yang melengkung pada bagian atas atau bagian pinggang terlalu
membengkok ke depan
|
Kifosis
|
Bentuk tulang
belakang yang membengkok ke belakang pada bagian punggung, sehingga
penderitanya terlihat bungkuk
|
Skoliosis
|
Bagian tulang punggung
membengkok ke kiri atau ke kanan
|
Kaki Bentuk X atau O
|
Kekurangan
vitamin D (kalsiferol) dan zat kapur pada ibu yang sedang mengandung
|
Fraktura
|
Retak
atau patah tulang
|
Nekrosis
|
Sel-sel tulang
yang mati dan mengering
|
Dislokasi
|
Sendi mengalami perubahan
kedudukan atau bergeser disebabkan ligamen sobek atau tertarik
|
Terkilir / Keseleo
|
Tertariknya ligamen sendi,
tetapi sendi tidak mengalami perubahan atau bergeser
|
Ankilosis
|
Sendi seolah-olah bersatu sehingga tidak dapat
digerakan
|
Artritis / Infeksi :
|
Peradangan pada daerah
sendi
|
1.
Osteoartritis
|
Degenerasi/penipisan tulang rawan
|
2.
Asam
Urat
|
Kesalahan metabolisme asam urat di dalam sendi
|
3.
Artritis
Sika
|
Rasa nyeri pada sendi akibat berkurangnya minyak
sinovial
|
4.
Reumatoid
|
Tulang rawan mengalami degenerasi dan diganti oleh
zat kapur, sehingga sendi tidak dapat digerakan
|
2.
OTOT
1) Struktur Otot
Keterangan :
Miofibril tersusun atas banyak miofilamen. Miofilamen
tersusun atas filamen tipis dan filamen tebal.
a.
Filamen tipis
tersusun atas tiga protein yaitu aktin, tropomiosin dan troponin. Aktin
merupakan protein struktural utam penyusun filamen tipis yang terdiri dari dua untai helix (spiral). Molekul
aktin memiliki tempat aktif untuk berikatan dengan jembatan silang miosin.
1.
Tropomiosin
merupakan protein berbentuk seperti benang yang terletak di sepanjang untai
heliks aktin dan menutupi tempat-tempat aktif aktin yang berikatan dengan
jembatan silang.
2.
Troponin merupakan
kompleks protein yang terdiri atas tiga protein yaitu troponin I (mengikat
aktin), troponin T (mengikat tropomiosin) dan troponin C mengikat ion kalsium
(Ca2+)
b.
Filamen tebal
terdiri dari benang-benang protein miosin. Setiap filamen miosin membentuk
sebuah kepala yang menonjol di salah satu ujung. Satu susunan filamen miosin
memiliki memiliki kepala-kepala yang menonjol di berbagai tempat di kedua
ujung. Kepala-kepala molekul miosin membentuk jembatan silang. Setiap setiap
jembatan silang memiliki memiliki dua tempat penting yaitu tempat mengikat
aktin dan temat enzim ATPase miosin.
c.
Garis Z merupakan
tempat menempelnya filamen-filamen aktin. Filamen-filamen miosin dengan kepalanya
yang menonjol terletak diantara filamen aktin, tidak menempel pada garis Z.
Daerah terang disebut pita I (isotrop), hanya memiliki filamen tipis (filamen
aktin), daerah gelap disebut pita A (anisotrop) memiliki filamen tipis dan
tebal (miosin). Pita I dibagi dua oleh garis Z dan pita A dibagi dua oleh zona
H. Pada zona H hanya terdapat filamen tebal (miosin).
2)
Jenis
Otot
JENIS-JENIS OTOT
|
KONTRAKSI OTOT
|
AKTIVITAS KERJA
|
INTI SEL
|
Otot Rangka/Lurik
|
Cepat dan kuat,
tetapi mudah mengalami kelelahan
|
Dipengaruhi oleh
saraf sadar (disadari)
|
Berada di sisi sel
dan ototnya tampak berlurik-lurik
|
Otot Jantung
|
Cepat, kuat dan tidak
mudah lelah
|
Dipengaruhi oleh
saraf tidak sadar (tidak disadari)
|
Berada di tengah sel
dan ototnya tampak berlurik-lurik
|
Otot Polos
|
Gerakannya lambat
namun bertahan dalam waktu yang lama, dan
tidak mudah kelelahan (involunter)
|
Dipengaruhi oleh
saraf tidak sadar (tidak disadari)
|
Memiliki satu inti
(mononukleus) yang berada di tengah sel dan tidak berlurik
|
3) Gerak Tubuh
a.
Sinergis
Gerakan ini terjadi jika sekelompok atau
pasangan otot berkontraksi atau pun berelaksasi dalam waktu yang berasamaan dan
mengakibatkan satu gerakan bagian tubuh. Contohnya : otot-otot punggung dan
otot-otot lehe, otot diafragma.
b.
Antagonis
Gerakan ini terjadi jika sebagian atau sebuah otot yang melekat pada
tulang yang sama berkontraksi, sementara
sebagian atau sebuah otot pasangannya berelaksasi. Contohnya :
1.
Ekstensi dan Fleksi
(meluruskan dan menekukan) : contohnya pada sendi engsel
2.
Abduksi dan Aduksi
(menjauhi dan mendekati) : contohnya pada sendi peluru
3.
Supinasi dan Pronasi
(menengadah dan menelungkup) : contohnya gerakan memutar lengan bawah untuk
membolak balikkan telapak tangan
4.
Deprsesi dan Elevasi
(ke arah bawah dan ke arah atas) : contohnya gerak persendian pada rahang bawah
5.
Inversi dan Eversi (ke
arah dalam dan ke arah luar) : contohnya gerak persendian pada telapak kaki
4) Mekanisme Gerak Otot
a.
Kontraksi Otot
1.
Jika rangsang
sampai pada ujung saraf motorik, maka ujung saraf motorik akan melepaskan
neurotransmiter (pemindah rangsang ke sel berikutnya) yang berupa asetil kolin
keserabut otot melalui celah sinapsis
2.
Asetilkolin
menyebabkan retikulum sarkoplasma melepaskan ion Ca2+ masuk kedalam
sarkoplasma otot
3.
Ion Ca2+
yang dilepaskan di ikat oleh unit troponin C yang menyebabkan kompleks
troponin-miosin secara fisik bergeser kesamping, membuka tempat pengikatan
jembatan silang aktin.
4.
Dengan terbentuknya
tempat pengikatn jembatan silang aktin menyebabkan terbentuknya jembatan silang
antara kepala miosin dan filamen aktin dan menyebabkan serabut otot menjadi
lebih pendek (zona Z dan H menjadi pendek dan juga sarkomer menjadi lebih pendek)
dan otot berkontraksi.
5.
Untuk berkontraksi
ini otot memerlukan energi yang berasal dari ATP dan kreatin pospat. Pada saat
kontraksi ATP terurai menjadi ADP + posfat
+ energi
dan ADP menjadi AMP +
posfat + energi
b.
Relaksasi Otot
1.
Tidak adanya ion
kalsium di dalam sarkoplasma. Ion Ca2+ dibebaskan oleh unit troponin
C. Ion Ca2+ dipompa kembali kedalam retikulum sarkoplasma dengan
transporatktif
2.
Komplek
troponin-tropomiosin bergeser kembali keposisinya menutupi tempat pengikatan
jembatan silang aktin sehingga aktin dan miosin tidak lagi berikatan di
jembatan silang
3.
Filamen tipis
bergeser kembali keposisi istirahat dan terjadi proses relaksasi
Saat
terjadi kontraksi otot maka :
ü Jarak
dari satu garis Z ke garis Z berikutnya menjadi lebih pendek
ü Tidak
terjadi perubahan pada panjang pita A
ü Terjadi
pemendekan pada pita I
ü Terjadi
penghilangan zona H
5) Kelainan Pada Otot
KELAINAN
|
KETERANGAN
|
Atrofi
|
Pengecilan otot sehingga
tidak dapat digunakan lagi untuk bergerak. Disebabakan oleh lumuh
|
Hipertrofi
|
Pembesaran pada otot
akibat aktivitas berlebih
|
Kaku Leher (Stiff)
|
Akibat gerakan atau hentakan yang tiba-tiba,
sehingga terjadi eradangan otot trapesius di leher
|
Kram
|
Otot menjadi lelah akibat aktivitas yang dilakukan
terus-menerus
|
Tetanus
|
Otot mengalami kejang
terus-menerus atau berkontraksi maksimal terus menerus tanpa diikuti
relaksasi. Penyakit ini diakibatkan oleh bakteri Clostridium tetanus
|
Poliomielitis
|
Disebabkan oleh virus yang merusak saraf kordinasi
otot anggota gerak bawah. Akibatnya anggota gerak penderita tidak bisa
digerakan dan akhirnya mengecil (Atrofi)
|
Hernia Abdominalis
|
Usus melorot ke bawah dan
masuk ke rongga perot akibat robeknya dinding otot perut. Penderita tidak
akan mampu bergerak dengan baik
|
Miastenia gravis
|
Otot secara
berangsur-angsur melemah dan menyebabkan kelumpuhan dikarenakan ketidak
normalan hormon tiroid dan sistem imunitas
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar