Terapi GHIBAH....


GHIBAH
Pada zaman yang dikatakan orang sebagai zaman now ini, kebiasaan berkumpul satu sama lain tanpa tujuan yang jelas menjadi makanan sehari-hari yang rasanya wajib untuk dikerjakan dikalangan masyarakat kita. Kebiasaan tersebut dirasa hambar jika tidak dibumbui dengan obrolan hangat tentang pihak ketiga yang biasa familiar dengan istilah gossip.


Tahukah wahai saudaraku kebiasaan yang disebut di atas merupakan salah satu bentuk ghibah. Imam Muslim meriwayatkan sebuah hadist dalam kitab Shahihnya dari shahabat Abu Hurairah radhiyallu’anhu ?,

وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه أَنَّ رَسُولَ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ: ( أَتَدْرُونَ مَا اَلْغِيبَةُ?
قَالُوا: اَللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ.
قَالَ: ذِكْرُكَ أَخَاكَ بِمَا يَكْرَهُ.
قِيلَ: أَرَأَيْتَ إِنْ كَانَ فِي أَخِي مَا أَقُولُ?
قَالَ: إِنْ كَانَ فِيهِ مَا تَقُولُ فَقَدْ اِغْتَبْتَهُ, وَإِنْ لَمْ يَكُنْ فَقَدْ بَهَتَّهُ ) أَخْرَجَهُ مُسْلِمٌ

“Dari Abu Hurairah Radhiyallahu‘anhu sesungguhnya Rasulullah shalallahu’alaihi wa Sallam ? bersabda: “Tahukah kalian apa ghibah itu? Para shahabat berkata: “Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.” Kemudian beliau ? bersabda: “Engkau menyebutkan sesuatu yang ada pada saudaramu yang dia membecinya. Ditanyakan (salah seorang dari para sahabat bertanya –pen),”Bagaimana halnya jika apa yang aku katakan itu terdapat pada saudaraku?” Beliau shalallahu’alaihiwasalam menjawab : “Jika yang engkau sebutkan tadi benar-benar ada pada saudaramu sungguh engkau telah berbuat ghibah, sedangkan jika itu tidak benar maka engkau telah membuat kedustaan atasnya.” (HR. Muslim ( 2577 ) dalam Al-Birr wa ash-Shilah wa al-Adaab. Lihat Bulughul Mahram cet. pustaka as-Sunnah 2007 .Hal 734)

Allah berfirman di dalam Al Qur’an surat Al-Hujurat ayat 12

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلا تَجَسَّسُوا وَلا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ

“ Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka, karena sebagian dari prasangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang”

APA PENYEBAB GHIBAH? BAGAIMANA TERAPINYA?

Lalu apa sering memotivasi manusia untuk berbuat ghibah serta bagaimana trik-trik atau kiat-kiat untuk menanggulangi sebelum kita terjerat kedalamnya.

Berikut ini adalah hal yang biasanya menjerumuskan manusia ke dalam jurang ghibah serta solusi menghindar darinya.

1. Sebagai pelampiasan kepada seseorang yang memicu kemarahannya. Salah satu cara penganggulangannya yaitu dengan mengingat firman Allah :

وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ

الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ

“ (133) dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,
(134). (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (Q.S : Ali Imran 133-134)

2. Sebagai pembelaan atau membantu teman untuk ghibah, karena ingin mempertahankan keharmonisan dan khawatir jika mengingkarinya akan merasa berat pada teman tersebut.

Cara penaganannya yaitu dengan mengingat sabda Rasulullah yang artinya “Barang siapa meminta keridhaan orang dengan sesuatu yang dimurkai Allah, maka Allah akan menyerahkan urusannya kepada manusia.” (Bagian dari hadist yang diriwayatkan Imam Tirmidzi dan yang lainnya, lihat kitab Takhtij Attahawiyah (278))

3. Keinginan untuk mengangkat pamornya, dengan merendahkan orang lain, lalu dia mengatakan, “Si Fulan itu bodoh,”

Dan diantara cara terapinya yaitu apa yang dimiliki Allah adalah lebih baik dan kekal. Dan bahwasanya seorang hamba bisa jadi lebih mulia dihadapan Allah dari padanya. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam surat Al-Baqarah ayat ke 216.

كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لا تَعْلَمُونَ

"diwajibkan atas kamu berperang, Padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. boleh Jadi kamu membenci sesuatu, Padahal ia Amat baik bagimu, dan boleh Jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, Padahal ia Amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui”

4. Main – main, yaitu ia membicarakan orang lain dengan sesuatu yang mengundang tawa. Misal dengan cara menirukan tingkah atau logatnya yang lucu.

Cara terapinya yaitu kita ingat dan bayangkan bagaimana jika saudara kita, keluarga kita atau bahkan kita sendiri yang diejek, apakah kita rela? Dan hendaknya mengingat sabda nabi yang sangat berharga yaitu :

وَعَنْ بَهْزِ بْنِ حَكِيمٍ, عَنْ أَبِيهِ, عَنْ جَدِّهِ: قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم( وَيْلٌ لِلَّذِي يُحَدِّثُ, فَيَكْذِبُ ; لِيَضْحَكَ بِهِ اَلْقَوْمُ, وَيْلٌ لَهُ, ثُمَّ وَيْلٌ لَهُ ) أَخْرَجَهُ اَلثَّلَاثَةُ, وَإِسْنَادُهُ قَوِيٌّ

Artinya: Dan dari Bahz bin Hakim, dari ayahnya, dari kakeknya radhiyallahu’anhu berkata: Rasulullah Shalallahu ‘alahi wa Sallam bersabda: “Celakalah orang yang berbicara dengan sesuatu yang dusta agar kaumnya menertawakan ucapannya. Celakalah dia, lalu celakalah dia.” Dikeluarkan oleh Imam Tiga, dan Sanadnya kuat. (HR. Abu Daud ( 4990) dalam al-Adaab, bab Fii at-Tasydid Fii al-Kadzib)

5. Iri, yaitu dengan menggunjing orang agar orang tersebut tidak disukai dan tidak mendapat simpati. Maka hendaknya orang yang merasa iri tersebut merenungi sabda Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam :

لا يَجْتَمِعَا نِ فِي قَلبِ عَبْدٍِ : الإ يْمَا نَ والْحَسَدُ

Artinya: “Dua hal yang tidak akan berkumpul dalam hati seseorang adalah iman dan dengki" (Bagian dari hadist yang diriwayatkan Iman Nasa’i dan yang lainnya, hadist ini diambil dari Shahih Sunan An-nasa’i no. 2912)

6. Menisbatkan seseorang pada sesuatu lalu dia ingin terlepas dari sesuatu tersebut, sehingga dia menyebut orang yang telah melakukannya agar dia selamat. Atau dia menyebut orang lain bahwa orang itu juga terlibat melakukannya, agar dengannya dia bisa meringankan uzur darinya.

7. Mendekati pihak yang mempunyai pekerjaan atau proyek dan penanggungjawabnya dengan cara mencela orang – orang yang bekerja sama bersamanya, agar naik jabatan yang lebih tinggi atau agar disebut dipuji dsb.

Cara penanggulangannya adalah agar seorang muslim mengingat ayat-ayat dan hadist-hadist tentang rizki lalu merenunginya bahwasannya apa yang dimiliki Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak diperoleh dengan cara yang diharamkan Allah.

8. Banyak menganggur, merasa bosan, dan jenuh sehingga menyibukkan diri dengan membicarakan orang lain, mencampuri urusan orang lain, membicarakan kehormatan dan aibnya. Seharusnya sebagai seorang muslim meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat baginya serta menyibukkan diri dalam hal ketaatan kepada Allah seperti ibadah, belajar, menuntuk ilmu dsb.

Sebagaimana Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam pernah bersabda :

وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنهقَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم

(مِنْ حُسْنِ إِسْلَامِ اَلْمَرْءِ, تَرْكُهُ مَا لَا يَعْنِيهِ )رَوَاهُ اَلتِّرْمِذِيُّ, وَقَالَ حَسَنٌ


Artinya: “ Dan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Diantara baiknya islam adalah meninggalkan hal yang tidak berguna,” (Diriwayatkan oleh Turmudzi, dan berkata Hasan)

HAL-HAL YANG TIDAK DIANGGAP GHIBAH, PADAHAL SEBENARNYA GHIBAH

Hal ini yang harus diwaspadai, seringkali kita tidak sadar bahwa perbuatan yang sebenarnya itu adalah ghibah, karena ketidaktahuan kita atau karena menuruti hawa nafsu sehingga menganggap hal tersebut bukan ghibah. Hal-hal yang dianggap ghibah tapi sebenarnya adalah ghibah diantaranya :

1. Terkadang seseorang menggunjing saudaranya, dan jika dia dicegah/diingkari, dia malah berkata,”      Aku siap mengatakan di hadapannya.” Dan, hal ini bias dibantah dengan beberapa bantahan          
    diantaranya:
  • Bahwasannya kamu telah membicarakan orang di belakangnya dengan sesuatu yang dibenci, dan ini adalah ghibah.
  • Kesiapanmu untuk mengatakan di hadapannya, adalah suatu perkara lain yang berdiri sendiri. Di dalamnya, tidak ada dalil yang menunjukkan bahwasannya kamu boleh membicarakan saudaramu dibelakangnya dengan apa yang dibencinya.

2. Ucapan seseorang di tengah-tengah sekelompok orang sewaktu menggunjing orang tertentu,”  
    Kami berlindung kepada Allah dari sedikit malu,”Kami berlindung kepada Allah dari kesesatan,” 
   dan lain sebagainya. Sesungguhnya dia menggabungkan antara celaan terhadap orang yang 
   digunjing dan antara pujian terhadap hawa nafsu.

3. Begitu pula, perkataan seseorang,” Si fulan sedang diuji dengan ini,” atau “Kita semua melakukan 
    ini”.

4. Perkataan seseorang,” Sebagian orang telah melakukan hal ini,” atau “...sebagian ulama fikih,”
    dan lain sebagainya, jika yang diajak bicara memahaminya sendiri, demi tercapainya pemahaman.

5. Perkataan seseorang,” Afandi telah berbuat begini,” atau “Paduka tuan” dan sebagainya, jika 
    bermaksud untuk merendahkannya.

6. Ucapan mereka,”Ini perkara kecil boleh digunjingkan.”Tetapi,manakah dalil yang membolehkan 
    ghibah semacam ini, selama nash-nash yang muncul bersifat mutlak ?

7. Menganggap remeh masalah ghibah kepada pelaku maksiat. Adapun orang yang terang-terangan 
    melakukan maksiat, maka diperbolehkan untuk menggunjingnya. Sedangkan menganggap enteng 
    masalah ghibah terhadap pelaku maksiat secara mutlak, itu tidak boleh. Karena sabda Nabi 
    Shalallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda “Ghibah itu kamu membicarakan saudaramu dengan 
    sesuatu  yang dibencinya”Dalam hal ini mencakup orang muslim yang taat, dan durhaka atau 
    berbuat maksiat.

8. Ucapanmu,” Ini orang India, Mesir, Palestina, Yordania, ‘ajam ( non arab ), keturunan Arab, 
    Badui, Kampungan, tukang sepatu, tukang batu atau tukang besi.” Jika ucapan itu mengandung 
    unsure ejekan atau penghinaan.

Insya Allah dengan sedikit ilmu di atas memudahkan kita untuk terhindar dari salah satu bahaya lisan yaitu ghibah dan sepatutnya kita berlindung kepada Allah dari segala perbuatan dosa dan maksiat.


Sumber : 

https://www.facebook.com/notes/satu-hari-satu-ayat-quran/bahaya-ghibah-dan-terapi-mengatasi-ghibah-sahabat-ayo-kita-periksa-diri-jangan-t/311868744650/

https://www.google.co.id/search?q=bahaya+ghibah&dcr=0&tbm=isch&tbo=u&source=univ&sa=X&ved=0ahUKEwjcyMj0vqfZAhUBwLwKHUE0CysQsAQIUQ&biw=1455&bih=677#imgrc=-FEiLjnUIjPAmM:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

@templatesyard